Tuesday, August 13, 2013

Makna Kebahagiaan



Kebahagiaan adalah lawan kata kesengsaraan. Manusia pasti ada yang sengsara dan ada yang bahagia. Allah Swt. berfirman:

Di kala datang hari itu, tidak ada seorangpun yang berbicara, melainkan dengan izin-Nya; maka di antara mereka ada yang celaka dan ada yang berbahagia. Adapun orang-orang yang celaka, maka (tempatnya) di dalam neraka, di dalamnya mereka mengeluarkan dan menarik nafas (dengan merintih). Mereka kekal di dalamnya selama ada langit dan bumi, kecuali jika Tuhanmu menghendaki (yang lain). Sesungguhnya Tuhanmu Maha Pelaksana terhadap apa yang Dia kehendaki. Adapun orang-orang yang berbahagia, maka tempatnya di dalam surga mereka kekal di dalamnya selama ada langit dan bumi, kecuali jika Tuhanmu menghendaki (yang lain); sebagai karunia yang tiada putus-putusnya.

Ada yang mengatakan bahwa kebahagiaan adalah kelapangan hati dan ketenteraman jiwa yang dirasakan manusia pada momen atau situasi tertentu. Definisi ini masih menyisakan celah kekurangan. Kelapangan hati kadang hanyalah sebuah ungkapan tentang  kenikmatan sesaat, tetapi mengakibatkan kepedihan  sepanjang hayat. Demikian pula ketenteraman jiwa yang dirasakan manusia sering merupakan tipuan palsu yang segera berubah menjadi kesedihan dan kegelisahan. Misalnya, orang menaruh hartanya di bank demi keamanan dan jaminan masa depan. Ini jelas bertentangan dengan ketentuan Allah dan Rasul-Nya. Hartanya tidak akan berkah dan tidak dijamin akan aman. Bisa saja hartanya itu ludes oleh  sebab-sebab lainnya. Jadi, dengan menyimpan kekayaannya di bank, sebenarnya ia bergantung pada sesuatu yang juga tidak pasti.
Karena itu, kebahagiaan yang diserukan Islam jauh lebih luas, lebih mencakup, dan lebih sempurna dibanding apa yang didengung-dengungkan dunia timur ataupun barat. Atau, apa yang digembar-gemborkan para filsuf, para ilmuwan sosial, dan yang lainnya.
Kebahagiaan sejati adalah rida terhadap segala ketentuan Allah Swt.; kesulitan atau kemudahan, menyenangkan atau menyakitkan. Kebahagian seperti ini senantiasa mengekal jauh di kedalaman hati dan ruh walau dalam keadaan miskin atau sakit sekalipun. Jadi, puncak kebahagiaan manusia, di dunia  ataupun di akhirat, sejatinya adalah tunduk melaksanakan segala hal yang diperintahkan Allah Swt. Tidak ada hal lain yang lebih berguna dan lebih membuat manusia bahagia selain  mengikuti perintah-perintah-Nya. Dan, tidak ada yang lebih membuat manusia sengsara selain mengabaikan perintah-perintah-Nya.
Berkata Al-Ashfahânî dalam kitab “al-Mufradât”-nya: “Kebahagiaan adalah membantu orang lain dalam urusan ilahiah untuk memperoleh kebaikan.”
Jadi, orang yang bahagia adalah orang yang beriman dan diberi petunjuk oleh Allah untuk mengerjakan kebaikan dan meninggalkan kemungkaran, juga diberi kemampuan untuk menaati-Nya. Ia bersyukur ketika dilimpahi kebahagiaan, bersabar ketika dirundung kesedihan. Ia sadar bahwa Allahlah satu-satunya tempat kembali. Dengan begitu, hatinya selalu rida terhadap Allah, mata batinnya senantiasa mencari kebahagiaan dunia- akhirat.
Kebahagiaa sejati adalah anugerah yang diberikan Allah kepada siapa yang Dia kehendaki. Dan, apa pun yang ada di sisi Allah tidak akan pernah bisa kita raih kecuali dengan mematuhi dan menaati aturan-Nya.
Design by Abdul Munir | Edited By Djava.Jr | Supported By VanLou