Thursday, July 4, 2013

Syahadat Sang Aku

Syahadat bukanlah sekedar kesaksian, akan tetapi juga persaksian.
Syahadat bukan pula kutipan belaka yang tumbuh dari firman Gusti Allah.
Karena, kata "aku" dalam syahadat meneguhkan bahwa sang aku adalah aku, dan hanya aku tidak ada aku selain aku sendiri, dan aku-ku bukan aku-mu. Aku bukanlah subjek yang majemuk, ia adalah subjek tunggal yang manunggal dengan dirinya sendiri. Ia tiada banding, tiada tanding, pun tiada sanding, dengan hal-hal yang diluar dirinya.
Aku tidak memiliki kata ganti dalam teks, dan juga tidak memiliki pengganti dalam konteks. Aku adalah aku dan aku tidak memiliki wakil, sebagaimana zat , sifat, asma' dan af'al-ku (perbuatanku) tidak dapat diwakilkan.
Utusanpun berada dalam perwakilan. utusan hanya melaksanakan apa yang diperintahkan oleh pengutusnya. Segala yang mengatasnamakan aku tidak pernah benar-benar merupakan aku, tak pula menjadikan aku, selain hanya cerminan dari ada-ku. Tidak ada dua aku, Aku satu. dan satu-satunya Aku.
Dalam konteks sang aku yang bersaksi, ia berangkat sendiri menuju persaksiannya secara benar-benar sadar, tanpa paksaan dari pihak diluar dirinya.la ikhraha fid'din
Sang aku bersyahadat bukan untuk tujuan tertentu selain demi mengukuhkan bahwa inilah syahadat terusan setelah di hari alastu ia menyampaikan syahadat awal.
Kelak setelah sang aku mengalami kasyaf (penyingkapan) dan menerima tajalli (pelimpahan), dan disebabkan oleh keadaan itu maka penyingkapan asal-muasal kejadian akan kembali kepadanya. Sang aku telah tiada yang ada hanya yang maha ada, dan aku telah tiada yang ada sang maha Aku.
wallahu a'lam...(renungkan)
Design by Abdul Munir | Edited By Djava.Jr | Supported By VanLou