Friday, July 12, 2013

Senjata Makan Tuan, Ajaran Makan Guru

Senjata Makan Tuan, Ajaran Makan Guru Di Sajastan, wilayah Asiatengah, antara Iran dan Di Sajastan, wilayah Asiatengah, antara Iran dan Afganistan, hidup seorang ulamaahli bahasa yang amat Afganistan, hidup seorang ulamaahli bahasa yang amat terkenal. Suatu hari iamenasehati putranya: "Kalau terkenal. Suatu hari iamenasehati putranya: "Kalau kamu hendak membicarakan sesuatu, pakai dahulu kamu hendak membicarakan sesuatu, pakai dahulu otakmu. Pikirkan dengan matang; setelah itu, baru otakmu. Pikirkan dengan matang; setelah itu, baru katakan dengan kalimat yang baik dan benar." katakan dengan kalimat yang baik dan benar." Pada suatu hari di musim hujan, keduanyasedang Pada suatu hari di musim hujan, keduanyasedang duduk-duduk santai di dekat api unggun di rumahnya. duduk-duduk santai di dekat api unggun di rumahnya. Tiba-tibasepercik api mengenai jubah tenunan dari Tiba-tibasepercik api mengenai jubah tenunan dari suterayang dikenakan sang ayah. Peristiwa itu dilihat suterayang dikenakan sang ayah. Peristiwa itu dilihat putranya, namun ia diam saja. Setelah berpikir beberapa putranya, namun ia diam saja. Setelah berpikir beberapa saat barulah iamembuka mulut, saat barulah iamembuka mulut, "Ayah, aku ingin mengatakan sesuatu, bolehkah?" "Ayah, aku ingin mengatakan sesuatu, bolehkah?" tanyanya. tanyanya. Kalau menyangkut kebenaran katakan saja," jawab sang Kalau menyangkut kebenaran katakan saja," jawab sang ayah. ayah. "Ini memang menyangkut kebenaran," jawabnya. "Ini memang menyangkut kebenaran," jawabnya. "Silakan," kata sang ayah. Ia berkata, "Silakan," kata sang ayah. Ia berkata, "Aku melihat benda panas berwarna merah." "Aku melihat benda panas berwarna merah." "Bendaapa itu?," tanya sang ayah. "Bendaapa itu?," tanya sang ayah. "Sepercik api mengenai jubah ayah," jawabnya. "Sepercik api mengenai jubah ayah," jawabnya. Seketika itu sang ayah melihat jubah yang sebagian Seketika itu sang ayah melihat jubah yang sebagian sudah hangus terbakar. sudah hangus terbakar. "Kenapatidak segera kamu beritahukan kepadaku?," "Kenapatidak segera kamu beritahukan kepadaku?," katasang ayah. "Aku harus berikir dahulu sebelum katasang ayah. "Aku harus berikir dahulu sebelum mengatakannya, seperti apa yang anda nasihatkan mengatakannya, seperti apa yang anda nasihatkan kepadaku tempo hari," jawab putranya dengan lugu. kepadaku tempo hari," jawab putranya dengan lugu. Sejak itu ia berjanji akan lebih berhati-hati dalam Sejak itu ia berjanji akan lebih berhati-hati dalam memberikan nasihat padaputranya. Ia tidak ingin memberikan nasihat padaputranya. Ia tidak ingin peristiwa pahit seperti itu terulang lagi.
Design by Abdul Munir | Edited By Djava.Jr | Supported By VanLou