Friday, July 26, 2013

FILOSOFI JAWA (suluk sunan Kali Jaga)

SUNAN KALIJAGA
Adalah simbol sufistik jawa.karena di dalam penyampaian ajaran ajarannya beliau selalu bisa menempatkan diantara budaya ataupun adat adat jawa yang saat itu sangat kental di kalangan masyarakat jawa sendiri.sehingga masyarakat dengan mudah menerima ajarannya.
wlaupun ketika itu masyarakat masih sangat awam dengan ajaran islam.
Beliau sendiri mengedepankan keyakinan terhadap Dzatulloh dalam ajaranya.
lalu di ikuti dengan syariatnya Dan untuk pendekatan diri kepada yang maha hidup Sunan
Kalijogo senantiasa menggunakan media dzikir sebagai sarananya.Begitupula ia mengajarkan kepada murid-muridnya.
berbagai cara yang bisa dilakukan untuk berdzikir kepada yang maha agung,karena dzikir sendiri mempunyai artian yang luas.
sehingga berbagai cara bisa dilakukan,yang intinya selalu mengingat Dia(alloh).
Salah satunya dengan cara:dzikir lisan, dzikir nafas,dzikir kolbu,dzikir ruh,dzikir perbuatan
dan sebagainya.
Beliau mengetahui bagaimana keadaan iman murid muridnya sehingga dia memberikan Dzikir kepada seseorang sesuai
dengan tingkat ketaqwaan atauMAQOM orang tersebut,
jadi wajar saja jika di kalangan masyarakat banyak
yang mengaku bersumber dari ajaran Sunan Kalijaga,meskipun mereka berbeda baik bacaan maupun caranya berdzikir.
Berikut ini salah satu SULUK SUNAN KALI JAGA yang kami kutip dari berbagai sumber: semoga kita bisa mengambil hikmah dari suluk ini dan bertambahnya keimanan kita terhadap dzatulloh.amin ya robbal alamin.

Birahi ananiroku,aran ira Allah jati.
Tan ana kalih tetiga.
Timbullah hasrat kehendak "dzatulloh dengan adanya WUJUD dirimu menunjukkan akan adanya Allah dengan
sesungguhnya; Allah itu tidak mungkin ada dua apalagi tiga


sapa wruha yen wus dadi,ingsun weruh pesti nora,ngarani namanireki
Siapa yang mengetahui asal
muasal kejadian dirinya, saya berani
memastikan bahwa orang itu tidak akan
membanggakan dirinya sendiri.


Sipat jamal ta puniku,ingkang kinen angarani,pepakane ana ika,akon ngarani puniki, iya Allah angandika,
maring Muhammad kang kekasih.
Ada pun sifat jamal (sifat terpuji bagus) itu ialah, sifat yang selalu berusaha menyebutkan,bahwa pada dasarnya adanya dirinya, karena
ada yang mewujudkan adanya. Demikianlah yang difirmankan Allah kepada Nabi Muhammad yang menjadi Kekasih-Nya


Yen tanana sira iku,ingsun tanana ngarani,mung sira ngarani ing wang,
dene tunggal lan sireki iya Ingsun iya sira,
aranira aran mami.
Kalau tidak ada dirimu, Allah tidak dikenal/disebut-sebut,Hanya dengan sebab ada kamulah yang menyebutkan keberadaan-Ku,
Sehingga kelihatan seolah-olah satu dengan dirimu. Adanya AKU, Allah, menjadikan dirimu.Wujudmu menunjukkan adanya Dzatku.


TAUHID hidayat sireku,tunggal lawan Sang Hyang Widhi,
tunggal sira lawan Allah,uga donya uga akhir,ya rumangsana pangeran,ya Allah ana nireki.Tauhid hidayah yang sudah ada padamu,
menyatu dengan Tuhan. Menyatu dengan Allah,baik di dunia maupun di akherat. Dan kamu merasa bahwa Allah itu ada dalam dirimu.

Ruh idhofi neng sireku, MAKRIFAT ya den arani,uripe ingaranan Syahdat,urip tunggil jroning urip sujud rukuk pangasonya,rukuk pamore Hyang Widhi.
Ruh idhofi ada dalam dirimu. Makrifat
sebutannya. Hidupnya disebut Syahadat
(kesaksian), hidup tunggal dalam hidup. Sujud rukuk sebagai penghiasnya. Rukuk berarti dekat dengan Tuhan.

Sekarat tananamu nyamur,ja melu yen sira wedi,lan ja melu-melu Allah,iku aran sakaratil,ruh idhofi mati tannana,urip mati mati urip.
Penderitaan yang selalu menyertai menjelang ajal,sekaratul maut.tidak terjadi padamu. Jangan
takut menghadapi sakratulmaut, dan jangan ikut-ikutan takut menjelang pertemuanmu dengan Allah. Perasaan takut itulah yang disebut dengan sekarat. Ruh idhofi tak akan mati,Hidup mati, mati hidup

Liring mati sajroning ngahurip,
iya urip sajtoning pejah,urip bae selawase,kang mati nepsu iku,badan dhohir ingkang nglakoni,
katampan badan kang nyata,pamore sawujud, pagene ngrasa matiya,Syekh Malaya (Sunan Kalijaga) den padhang sira nampani,Wahyu prapta nugraha.
mati di dalam kehidupan. Atau sama dengan hidup dalam kematian. Ialah hidup abadi. Yang mati itu keakuhan sifat hambanya. Lahiriah badan yang menjalani MATI Tertimpa pada jasad yang sebenarnya. Kenyataannya satu wujud. Raga
sirna, sukma mukhsa. Jelasnya mengalami kematian! Syeh Malaya (S.Kalijaga), terimalah
hal ini sebagai ajaranku dengan hatimu yang lapang. Anugerah berupa wahyu akan datang padamu.
Design by Abdul Munir | Edited By Djava.Jr | Supported By VanLou