Wednesday, June 12, 2013

Syahadat "Aku"

Syahadat bukan sekedar kata-kata kesaksian, tetapi juga dalam syahadat ada sebuah persaksian. Syahadat bukan silat lidah yang selesai begitu saja setelah diucapkan, bukan pula kutipan belaka, yang didownload dari firman Gusti Allah ataupun rekaman suara manusia agung Muhammad.
Dalam syahadat ada kata "aku", yang meneguhkan bahwa sang aku adalah aku, dan hanya aku, tidak ada aku selain aku sendiri, dan aku-ku bukan aku-mu. Aku bukan subjek yang majemuk, aku adalah subjek tunggal yang manunggal dengan dirinya sendiri. Ia tiada banding, tiada tanding, dan tiada sanding, dengan hal-hal diluar dirinya.
Aku tidak tidak memiliki kata ganti dalam teks, dan juga tidak punya pengganti dalam konteks. Aku adalah aku. Aku tidak memiliki wakil, sebagaimana zat, sifat, serta af'alku (perbuatanku) tidak dapat diwakilkan.
Dalam konteks sang aku yang bersaksi, ia berangkat sendiri menuju persaksian secara benar-benar sadar, tanpa ada paksaan dari pihak luar dirinya.
Di sinilah menyebabkan bahwa sahadat yang di ucapkan oleh kaum muslim, yang seharusnya mulai kita koreksi lagi, apakan persaksian itu sudah benar-benar berangkat dari dalam dirinya, karena itu terkait dengan subjek tunggal "aku" sendiri. tanyakanlah pada diri kita sendiri.
Dan juga, yang tidak kalah pentingnya ada konsekwensi logis yang harus disadari dalam persaksian yang terdapat pada Syahadat, pertama, sudahkan kita laksanakan pada yang sudah digariskan oleh Gusti Allah, kedua, apakah kita sudah belajar mencintai dan mencontoh pribadi manusia agung yang dicintai oleh gusti Allah yaitu Nabi Muhammad. tanyalah pada dirimu sendiri.
Design by Abdul Munir | Edited By Djava.Jr | Supported By VanLou