Wednesday, June 5, 2013

Aku dan Istriku

Ketika aku memulai hidup berdampingan dengan seorang wanita anggung nan cantik diawal tahun 1996, ketika itu aku masih berada dibangku kuliah sekitar tingkat 4 atau aku sudah empat tahun kuliah dikampus hijau berlambangkan daun tembakau.
Saat itulah ku mengenal bagaimana kerasnya kehidupan, aku belum bisa memberikan yang terbaik bagi pendampingku yang selalu tabah mendampingi diriku, walaupun hatiku tidak tega selalu meninggalkan istriku tapi itu semua kulakukan tuk meraih masa depanku, kutahu walau kutak pernah mendengar keluhan rintihpun dari mulut istriku bahwa dia sangat berat mengarungi kerasnya kehidupan seorang diri. Tapi itulah realitas yang harus dihadapi.
Hari demi hari kulalui tanpa ada sebuah kepastian hidup dalam diri kami berdua sampai akhirnya aku diwisuda tahun 1998 dengan gelar sarjana. Kami mulai menatap masa depan walaupun masa depan kami masih belum ada kejelasan. Bahkan ku sekali lagi meninggalkan istriku sendiri untuk kali kedua dirumah mertua karena aku meneruskan belajar bahasa di daerah yang terkenal dengan sebutan kampung bahasa inggris selama satu tahun. Demi meraih masa depan kami yang lebih cerah kujalani hidup sendiri di rantau orang.
Di tempat ini pula ku mendapatkan pengalaman berharga bahwa hidup adalah sebuah perjuangan yang harus kita perjuangkan, mau tidak mau aku mulai menahan perutku walau nyanyian malam mulai gemericik dalam perutku, kuhanya menghadapkan wajahku pada rembulan dengan membayangkan wajah istriku yang menahan kerinduan. Malam itu, baru kutahu rasanya makan jagung muda mentah karena aku tidak tahan dengan nyanyian malam dalam perutku, tobe continuous......
Design by Abdul Munir | Edited By Djava.Jr | Supported By VanLou